
Sorot Nusantara , Kendal – Masyarakat yang kreatif tentu mampu membuka peluang usaha dengan berbagai bentuk produk maupun istilah. Salah satunya Tetot yang populer di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, khususnya di Kecamatan Pegandon dan sekitarnya..
Tetot merupakan sebuah sebutan penjual jajan pasar keliling menggunakan box di belakang sepeda motor. Istilah ini populer di Kabupaten Kendal karena penjual berkeliling dengan suara tet tot yang berasal dari alat sejenis terompet namun menggunakan karet udara. Suara tet tot akan keluar ketika karet dipencet
“Kalo di Semarang mirip dengan penjual Gilo-gilo yang dijual dengan gerobak dorong, tapi kalo Tetot ini menggunakan kendaraan roda dua sehingga lebih jauh dan lebih luas pemasarannya dibanding dengan gerobak dorong. Bisa hampir se Kabupaten Kendal,” jelas salah satu penjual Tetot, Faridhin.
Menurutnya, Tetot memiliki peminat yang tak terbatas segmentasi usia. Dari anak kecil sampai orang tua biasa menanti datangnya Tetot. Ketika terdengar suara terompet Tetot, mereka berlari keluar rumah untuk berbelanja. Macam makanan yang dijajakan cukup sederhana, dari aneka gorengan seperti lumpia, bakwan, mendoan, resoles, kroket dan sejenisnya sampai kue basah seperti lupis, kue lumpur dan sebagainya. Jajanan rakyat tersebut tersaji di gerobak motor.
“Awalnya dari usaha rumahan yang nitip jajannya pada penjual bolang-baling keliling. Ternyata banyak yang minat, beberapa warga yang lain ikut tertarik. Kemudian semakin lama semakin banyak yang titip,” ujarnya.
Hal itu bermula pada tahun 2010 di Dusun Getas yang berada paling utara Desa Penanggulan Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. “Sejak itu mulai muncul gagasan kenapa tidak warga Getas sendiri yang jualan keliling dengan menampung titipan jajan pasar tersebut,” ungkapnya.
Hal sederhana tersebut terbukti mampu memberdayakan warga untuk membuat aneka macam jajanan. Bahkan, kemudian bisa dikumpulkan dalam satu lokasi, sehingga warga yang tidak memiliki pekerjaan ikut menjajakan jajanan pasar tersebut. Lebih hebat lagi, kini mereka mempunyai wadah organisasi. “Alhamdulillah, sekarang kelompok pedagang keliling itu sudah diwadahi Paguyuban Tetot Sejahtera,” ucapnya.
Ketua paguyuban Nur Kholis mengaku telah memiliki anggota lebih dari 50 penjual keliling dan lebih dari 50 pembuat jajanan rumahan. Sebagian besar jajanan disetor oleh warga Dusun Getas sendiri. Ada pula yang diambil oleh pedagang. Meski masih dalam skala rumahan, namun kreatifitas tersebut membuat masyarakat lebih produktif dan membuka lapangan kerja yang mandiri. Bahkan, saat ini hampir satu Desa Penanggulan berinovasi dengan cara dagang tersebut. “Secara Ekonomi tetot ini sangat membantu meningkatkan sumber penghasilan warga dusun Getas, dan membuka peluang usaha,” terangnya.
Salah satu guru di SD Negeri 1 Pegandon, Iskandar mengaku terbiasa membeli jajanan dari penjual tetot yang mangkal di depan sekolahnya. Ia mengaku senang dengan sajian aneka makanan dengan harga terjangkau, dari Rp.500,00 sampai Rp.2000.00. “Selain rasanya enak, banyak pilihan jajanan murah. Juga jajanan ini fresh atau jajanan baru yang dibuat kemudian dijual, bukan jajanan kemarin,” akunya.